📝 Refreshing mind
The power of leadership
Pemimpin biasanya bisa melihat ke depan (visioner), melebihi orang lain.
Budaya organisasi, yang tidak sehat baik di gereja dan keluarga juga, jika bukan culture trusting yang membangun di terapkan akan mematahkan semua stategi organisasi.
Culture of fear jika di paksa tetapkan di perusahaan, organisasi dan di gereja, maka sekalipun memiliki leaders atau stategi bagus apapun yang di terapkan tidak akan berhasil. Hanya akan menghasilkan perubahan semu/sementara. (Begitu Nehemiah pergi semua kembali ke cara hidup lama lagi), ayat 18, 21, 25-28 berupa ancaman-ancaman, sejarah di jadikan utk menakut-nakutin). Culture of fear hanya mengubah orang sementara, tetapi *culture of gratefulness* bisa mentransformasi sebuah bangsa.
Leadership, Culture Gratefulness akan mengasilkan generasi yang sangat menentukan kelangsungan dan keberhasilan sebuah bangsa, organisasi dan gereja (Daud dipilih dari suku terkecil untuk memimpin Israel).
“Do not underestimate The Power of Vision & Progress“.
Jika seorang pemimpin merasa puas akan pencapaiannya dan hanya tinggal dalam maintenance moods, untuk melindungi legacy-nya, dipastikan tidak akan lagi bisa melihat the next montaint. No passion progress, tidak lagi memiliki visi yang besar ke depan. Jika di pikiran kita lebih banyak di isi oleh euforia masa lalu, pass glory, maka adalah sebuah indikator kemunduran untuk sebuah organisasi.
Nehemia tidak memiliki inner circle (kepemimpinan inti) pasal 5, untuk mengenapi visi besar Tuhan, semua keputusan di tentukan sendiri. Lupa bahwa setiap orang di beri Tuhan potensi. Orang tua lupa kecerdasan Roh Allah ada di anak-anak muda yang juga adalah hasil doa mereka sendiri.
Delegasi/duplikasi dan pemuridan gagal, akibatnya capek sendiri bahkan perusahaan, organisasi atau gereja demikian akan gagal dan kehilangan generasi penerus.
Nehemia saat kembali ke Persia, tidak ada yang tahu kapan kembali dll, sehingga menyebabkan kepemimpinan vacum. Nehemia memang seorang pemimpin yang kharisma, tetapi sayang dia terlalu dominan dalam semua sektor sehingga gagal dan tidak bisa share leadership kepada orang lain.
Kalau ada orang yang berbeda pendapat dan mengkritik kita sebagai pemimpin, kita harus bisa memisahkan bahwa yang di kritik itu adalah kebijakan (peran), bukan pribadi (identitas) sebagai anak Allah.
Kunci keberhasilan dan kebangunan rohani (revival) sebuah gereja terletak pada keberhasilan membangun leadership generasi penerus.
Jangan karena saya dan saudara, anak-anak muda pindah gereja, apalagi pindah agama atau menjadi atheis. Adalah tanggung jawab Iman !
But…There is HOPE ! Kita memiliki Doa, Firman Tuhan dan Roh kudus.
Have a great weekend.
Tuhan Yesus Memberkati. Amin.
Sabtu, 18/09/2021